Hallo Sobat Ardes semua sudah kangen dengan suasana Yogyakarta..? mau berwisata ke Jogja tapi bosan wisata yang gitu-gitu aja. Mungkin dengan mengikuti tradisi Grebeg Syawal sobat bisa merasakan pengalaman baru saat berwisata ke Jogja. Diadakan setiap tahun sobat bisa jadikan salah satu pilihan saat sobat semua berkunjung ke Jogja dan mau merasakan acara di tradisi Keraton Jogja. Kali ini mimin akan berikan ulasan mengenai Grebeg Syawal Keraton Jogja 2024
1. Pengertian
Garebeg atau Grebeg adalah salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang dilakukan tiga kali setahun sesuai penanggalan Jawa. Dilansir dari laman kratonjogja.id, sebutan Garebeg atau Grebeg memiliki arti diiringi atau diantar oleh orang banyak yang merujuk pada iring-iringan para prajurit dan Abdi Dalem dalam membawa gunungan dari keraton menuju Masjid Gedhe. Namun ada pula pendapat yang menyebut istilah Garebeg atau Grebeg berasal dari kata “gumrebeg” yang mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.
Sumber: https://yogyakarta.kompas.com/
Tradisi Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi yang ada di Jogja dan diselenggarakan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Tradisi ini akan dilakukan pada saat Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dan merupakan salah satu satu bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam. Tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu dan masih rutin dilakukan hingga saat ini. Bahkan kini tradisi ini menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang sedang liburan.
2. Sejarah
Asal-usul perayaan Grebeg di Keraton Yogyakarta diperkirakan berasal dari tradisi Jawa kuno yang disebut Rajawedha, di mana raja akan memberikan sedekah demi terwujudnya kedamaian dan kemakmuran di wilayah kerajaan yang dipimpinnya Namun saat Islam masuk di Kerajaan Demak, upacara ini sempat terhenti sehingga rakyat menjadi resah dan meninggalkan kerajaan yang baru berdiri tersebut. Kemudian oleh Walisongo, tradisi sedekah atau kurban oleh raja tersebut dihidupkan kembali sebagai sarana penyebaran agama Islam yang mulanya dikenal dengan sebutan Sekaten.
Sumber: https://www.menpan.go.id/
Dari perhelatan Sekaten yang diselenggarakan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad, Kerajaan Demak juga menggelar upacara serupa saat menandai berdirinya Masjid Demak yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Sejak saat itu tradisi sedekah raja ini mulai berlangsung tiga kali setahun, termasuk untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri. Sejak saat itu tradisi sedekah raja ini mulai berlangsung tiga kali setahun, termasuk untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri. Berawal dari Kerajaan Demak, selanjutnya Kerajaan Islam di Jawa turut memelihara tradisi sedekah raja tersebut. Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, tradisi Grebeg di Keraton Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubuwono I.
3. Tatacara Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Tradisi Grebeg di Keraton Yogyakarta baru memiliki tata cara yang sama setelah UU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta muncul di tahun 2012. Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta biasa dilaksanakan pada Hari Raya Idul Fitri atau pada tanggal 1 Syawal. Namun biasanya para Abdi Dalem sudah mulai mempersiapkan ubarampe dan berbagai gladi resik sejak jauh-jauh hari. Terutama karena Keraton Yogyakarta akan mempersiapkan sejumlah gunungan yang akan diarak pada pelaksanaan tradisi Grebeg Syawal. Sebelum Hajad Dalem Pareden, terdapat dua acara lain yang dapat disaksikan oleh wisatawan, yaitu Gladhiresik Prajurit dan Numplak Wajik. Gladhiresik Prajurit biasa dilaksanakan sore hari pada hari Minggu terdekat sebelum Garebeg berlangsung.
https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/
Sementara Numplak Wajik dilaksanakan tiga hari sebelum Garebeg di Panti Pareden, Plataran Kemagangan untuk menandai dimulainya proses merangkai gunungan. Kemudian pada hari perayaan, gunungan-gunungan tersebut akan diusung oleh para abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo. Pagi-pagi sekali, semua gunungan tersebut sudah disiapkan di emper Bangsal Pancaniti, Plataran Kamandhungan Lor atau yang biasa dikenal Plataran Keben. Delapan Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta akan keluar dari Pracimasana dengan urutan Bregada Wirabraja, Bregada Dhaeng, Bregada Patangpuluh, Bregada Jagakarya, Bregada Prawiratama, Bregada Nyutra, dan Bregada Ketanggung.
Di Plataran Kamandhungan Lor juga telah bersiap dua bregada prajurit keraton yang bertugas mengawal gunungan ke Masjid Gedhe dan Kepatihan, yaitu Bregada Surakarsa dan Bregada Bugis. Selain kedua bregada tersebut, hadir pula dua bregada dari Pakualaman, yaitu Bregada Lombok Abang dan Bregada Plangkir. Dari tempat tersebut, gunungan digotong oleh narakarya (tenaga angkut) yang mendapat tugas secara bergilir dari daerah-daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungan akan diarak dari Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju ke Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan yang telah diserahterimakan dan didoakan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat. Dengan dibagikannya seluruh gunungan kepada masyarakat, maka berakhirlah upacara Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta.
6. Gunungan Grebeg Syawal
Terkait prosesi arak-arak gunungan yang semula biasanya dilakukan dengan adanya 7 buah gunungan, namun pada Grebeg Syawal 2024 hanya berjumlah 6 gunungan. Enam gunungan tersebut yaitu Gunungan Jaler yang semula tiga buah menjadi dua buah gunungan pada grebeg kali ini. Sedangkan gunungan yang lain seperti Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat maupun Gunungan Pawuhan tetap sama berjumlah satu buah gunungan. Perbedaannya karena gunungan yang biasanya diberikan ke Kompleks Kepatihan untuk tahun ini akan diberikan dalam wujud ubarampe.
Sumber: https://www.antaranews.com/
Pada pelaksanaan grebeg kali ini, masyarakat dapat berpartisipasi mendapatkan bagian gunungan di Pelataran Masjid Gedhe dan Pura Pakualaman. Sementara untuk Kompleks Kepatihan, akan dibagikan sejumlah 50 ubarampe gunungan berwujud rengginang untuk para Aparatur Sipil Negara. Termasuk satu titik tambahan yang menjadi lokasi pembagian ubarampe gunungan, yakni Ndalem Mangkubumen yang juga menerima sejumlah 50 buah.
Jadi itulah sobat Sejarah dan Tradisi Grebeg Syawal di Kraton Ngayogyakarta yang masih lestari sampai saat ini dan bisa sobat ikuti prosesnya saat berkunjung ke Kota Yogyakarta. Kalo sobat mau merencanakan liburan ke Yogyakarta dan sekitarnya, sobat bisa menghubungi admin Ardes Tour Indonesia di https://www.ardestourjogja.com/ atau di sosial media Ardes @ardestourindonesia. Jadi tunggu apalagi..? Mau liburan yang mudah dan menyenangkan sudah pasti Ardes Tour pilihannya. See You Sobat...