Hallo sobat Ardes semuanya ketemu lagi nih bareng mimin Ardes. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keraton yogyakarta berada di pusat Daerah Istimewa Yogyakarta, Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 meter persegi. Didalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya serta abdi dalem kraton. Di utara terdapat alun-alun utara dan di selatan terdapat alun-alun selatan serta sekitar 10 menit dari kawasan Malioboro. Kali ini mimin akan mengulas mengenai sejarah dan perkembangan Kraton Ngayogyakarta sampai saat ini.
1. Sejarah Kraton Yogyakarta berdiri setelah adanya Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Setelah perjanjian itu Sultan Hamengku Buwono dan para Sentono Dalem berkunjung ke bumi Mataram tepatnya di Hutan Beringan. Di sana mereka melakukan deklarasi berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat tepat pada tanggal 15 Maret 1755. Dalam deklarasi ini jugalah penentuan titik bangun Keraton Yogyakarta dan pengangkatan para pejabat-pejabat yang menjadi birokrat Kesultanan Yogyakarta. Dari peristiwa itu Tumenggung Joyowinoto adalah orang yang bertugas dalam menyiapkan tempat yang akan ditinggali Sultan Hamengku Buwono I dan keluarga. Tempat inilah yang sekarang dikenal sebagai Pesanggrahan Ambarketawang. Proses pembangunan pesanggrahan Ambarketawang kurang lebih selama 8 bulan hingga pada 9 Oktober 1755 Sultan Hamengku Buwono I mulai menempati Pesanggrahan Ambarketawang seraya memulai pembangunan Kraton Yogyakarta.
2. Bentuk dan Arsitektur Kraton sebagai komplek kegiatan budaya dan tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono dan keluarganya, tidak semua terbuka untuk umum. Bentuk bangunan terpengaruh model dari Eropa (Portugis, Belanda) dan China. Arsitektur keraton dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sekaligus pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton dan desain dasar lasnkap kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-1756. Kraton Yogyakarta terdiri dari tiga bagian yang terdiri dari komplek depan kraton, kompleks inti kraton dan kompleks belakang kraton. Komplek dean kraton terdiri dari Gladhjak-Pangurakan (Gerbang Utama), Alun-alun Ler, dan Masjid Gedhe . Kawasan komplek inti di Kraton Yogyakarta tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, yaitu Pagelaran dan Sitihinggil Lor, Kamandungan Lor, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kamandungan Kidul, dan Sitihinggil Kidul. Sedangkan kompleks belakang kraton terdiri dari alun-alun kidul dan plengkung nirbaya.
3. Filosofis Pendirian Keraton Kawasan kraton dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I dengan konsep tata ruang yang mengandung filosofi syarat akan makna, oleh karena itu kawasan Kraton yang perlu dilestarikan keaslianya karena merupakan suatu warisan budaya yang sangat bernilai. Jalan Malioboro tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Kasultanan Ngayoyakarta Hadiningrat sebagai unsur integral dalam tata ruang ibukota kerajaan. Di jalan Malioboro terdapat Kepatihan sebagai pusat pemerintahan sehari-hari dan Pasar Gedhe sebagai pusat perekonomian warga. Keduanya merupakan bagian dari kesatuan tata ruang yang disebut catur gatra tunggal atau catur sagotra. Menurut kosepsi ini terdapat empat elemen penting, yaitu politik (Kraton dan Kepatihan), keagamaan (Masjid Gedhe), ekonomi (Pasar Gedhe), dan sosial (Alun-alun). Jalan Malioboro juga dianggap sebagai sumbu filosofis yang menghubungkan Tugu dengan Kraton Yogyakarta. Secara simbolis garis fiosofis tersebut terwujud dalam simpul-simpul muali Panggung Krapyak-Kraton Yogyakarta-Tugu Golong Giling yang melambagkan konsep ‘sangkan paraning dumadi’ atau ‘asal dan tujuan dari adanya ‘hidup’. Filosofi dari jalan dari Panggung Krapyak menuju Kraton Yogyakarta menggambarkan perjalanan manusia sejak di dalam kandungan, lahir, beranjak dewasa, menikah hingga memiliki anak (sangkaning dumadi). Sedangkan filosofi jalan dari Tugu Golong Giling ke arah selatan menggambarkan perjalanan manusia ketika hendak menghadap san Khalik (paraning dumadi), meninggalkan alam fana dunia menuju alam baka (akhirat).
4. Lokasi Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Kraton Yogyakarta sebagai cikal bakal keberadaan pemukiman di wilayah Yogyakarta meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih dapat kita jumpai sampai saat ini. Kawasan ini merupakan living monument, yang masih hidup dan juga memiliki luas. Hal ini dubuktikan dengan ditetapkannya Kawasan kraton sebagai salah satu kawasan cagar budaya di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 186/2011 meliputi wilayah dalam benteng Baluwarti (Njeron Benteng), dan sebagian wilayah di Mantrijeron, Mergangsan, Gondomanan, dan Ngampilan. Kemudian pada tahun 2017 terbit Peraturan Gubernur nomor 75/2017 yang menggabungkan kawasan cagar budaya Malioboro dan dalam benteng Kraton (Baluwarti) menjadi satu kawasan yaitu Kawasan Cagar Budaya Kraton, yang membujur dari Tugu sampai Panggung Krapyak. Pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia, pasa 8 September 2023. Berdasarkan dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39., Sumbu Filosofi Yogyakarta telah sah diterima menjadi Warisan Budaya Dunia (World Heritage) dengan tajuk "the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks". Saat ini Komplek Keraton Ngayogyakarto menjadi salah satu tujuan wisata favorit saat berkunjung ke Jogja. Beralamat di Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungan wisata ke Keraton Ngayogyakarta buka dari Selasa-Minggu mulai pukul 08.30-14.30 WIB, khusus hari Senin kunjungan ditutup. Jika sobat ingin mengunjungi Keraton Ngayogyakarta harga tiket masuknya sebagai berikut: Wisatawan Domestik Dewasa sebesar Rp. 15.000 per orang Wisatawan Domestik Anak sebesar Rp. 10.000 per orang Wisatawan Mancanegara Dewasa sebesar Rp. 25.000 per orang Wisatawan Mancanegara Anak sebesar Rp. 20.000 per orang Diharapkan dengan ditetapkannya Sumbu Filosofis sebagai warisan Budaya UNESCO kita sebagai generasi muda bisa mempelajarinya dan melestarikan kebudayaan ini bersama-sama.
Itulah sobat sedikit ulasan mengenai sejarah dan makna mendalam dari pendirian dan perkembangan Keraton Ngayogyakarto. Jika sobat ingin melakukan kunjungan keraton dan situs budaya di Jgja bisa nih langsung menghubungi Admin Ardes di https://www.ardestourjogja.com/ atau di sosial media Ardes @ardestourindonesia. Jadi tunggu apalagi? mau liburan yang mudah dan menyenangkan sudah pasti Ardes Tour pilihannya. See You Sobat...